Edisi Pulang Kampung ke Bukittinggi

9 April 2024

Alhamdulillah, tabarakallah. Tahun ini masih dikasih kesempatan oleh Allah subhanawataala untuk pulang ke kampung suami di Bukittinggi. Pulang ke Bukittinggi bukan hanya pulang ke kampung “orang” buatku, tetapi juga pulang ke kampung anakku, dan pulang menemui orang tua keduaku.

Sejak menikah lima belas tahun yang lalu, mama dan papa mertua tidak pernah menganggapku hanya sekadar sebagai menantu. Aku merasa seperti anak untuk mereka. Aku diberi kamar sendiri di lantai 2, di mana ada kamar mandi sendiri di sana. Dengan itu, aku merasa nyaman. Karena aku yang berhijab ini masih punya kebebasan membuka hijab di lantai 2.

Hanya ada satu kamar di lantai 2. Ada ruang duduk dan kamar mandi, juga dua teras, depan dan belakang. Semua seakan-akan milikku sendiri karena anggota keluarga lain merasa malas naik tangga ke lantai atas.

Sejujurnya, pemberian kamar di lantai 2 ini salah satu penyebab aku betah di rumah mertua. Juga memberiku pelajaran agar aku, nantinya, memberikan ruang privasi juga untuk menantuku kelak. Karena jika menantu betah di rumah mertua, anak kita akan sering pulang.

Pulang kampung ke Bukittinggi ini aku lakukan setiap dua tahun. Bergantian dengan pulang kampung ke Madura menemui orang tuaku. Dan sejujurnya, aku lebih menikmati edisi pulang ke rumah mertua ketimbang ke rumah sendiri. Karena semua rencana perjalanan ke rumah mertua aku atur sendiri. Berbeda bila aku pulang ke rumahku. Semua rencana perjalanan diatur ibuku dan kami hanya perlu mengikutinya saja.

Selama di rumah mertua, aku juga tidak pernah secara terpaksa bekerja. Aku masih bisa bangun siang. Aku juga masih bisa malas-malasan. Hanya saja, suamiku suka protes kalau aku malas-malasan sementara ibunya sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan buat sekeluarga. Dipikir-pikir, kurang ajar juga diriku ini. Jadi, aku turun dan membantu sebisaku.

Mama mertua hampir tak pernah menyuruhku mengerjakan sesuatu kecuali aku menawarkannya. Apalagi beliau tahu bahwa aku tak suka memasak. Beliau tidak pernah meminta bantuanku untuk memasak. Aku saja yang menawarkan diri.

Kerjaku paling-paling mencuci pakaianku dan keluargaku saja, menjemurnya, melipatnya, dan menyetrikanya bila harus disetrika. Ketahuilah, pekerjaan-pekerjaan itu bukan pekerjaan rutinku. Aku tak pernah mencuci, menjemur, melipat, dan menyetrika pakaian sendiri di rumah. Mama mertuaku tahu itu. Beliau tahu bahwa di rumahnya, aku harus turun ke ruang penatu untuk mencuci, menjemur, melipat, dan menyetrika pakaian anak dan cucunya. Karenanya, aku tidak pernah disuruh bekerja di luar itu. Aku bekerja hanya bila aku menawarkan diri.

Yah, kan, kamarku di lantai atas dan ruang penatu di lantai bawah. Daripada aku turun naik saat menunggu mesin cuci selesai beroperasi, lebih baik aku membantu mertuaku di dapur. Bisa menambah nilai plus sebagai menantu pula.

Mama mertua juga selalu memasak masakan padang kesukaanku, sampadeh daging dengan penuh daging berlemak. Beliau sering dengan sengaja memilih daging itu karena aku suka makan sampadeh daging berlemak. Padahal seharusnya tidak begitu. Sampadeh daging seharusnya dagingnya seperti daging rendang yang tidak ada lemaknya.

Aku benar-benar suka pulang ke rumah mertuaku. Aku merasa sedang liburan di sini. Aku pun belajar, untuk memperlakukan menantuku nanti seperti mertuaku memperlakukanku. Agar menantuku betah dan anakku jadi sering pulang.

Cuplikan layar 2024-04-08 164516


Game Level #3 Meningkatkan Kecerdasan Anak

13 Juni 2019

PhotoGrid_1560376261979

Setelah (sekali lagi) mendapatkan badge Outstanding Performance karena mengerjakan 15 tantangan dalam 17 hari pada game sebelumnya, dan setelah berleha-leha libur Ramadan dan lebaran, maka saatnya kami kembali ke kelas. Melaksanakan tantangan berikutnya pada Game Level #3: Meningkatkan Kecerdasan Anak.

Screenshot_20190612-035938-01

Materi pada Game Level #3 ini “dalem” banget, dah. Kami diajak untuk membentuk individu yang sukses dan bahagia. Apa itu sukses? Apa itu bahagia?

Screenshot_20190612-040530-01

Sukses, menurut KBBI Edisi V adalah berhasil, beruntung.

Screenshot_20190612-040543-01

Sedangkan Bahagia menurut KBBI Edisi V adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan).

Menurut D. Paul Relly, dalam bukunya “Success is Simple”, sukses didefinisikan sebagai pencapaian yang berangsur-angsur meningkat terhadap suatu tujuan dan cita-cita yang berharga.

Bahagia sendiri, menurut Prof. Martin Selligman dalam bukunya “Authentic Happiness”, dibagi menjadi 3 kategori:

  1. Hidup yang penuh kesenangan (pleasant life) – kebahagiaan yang lebih bersifat material;
  2. Hidup nyaman (good life) – kebahagiaan yang lebih bersifat mental; dan
  3. Hidup bermakna (meaningful life) – kebahagiaan yang lebih bersifat spiritual.

Yang manapun yang jadi tujuan kita, untuk mencapai kategori HIDUP SUKSES DAN BAHAGIA, kita perlu memiliki berbagai KECERDASAN HIDUP.

Screenshot_20190612-040024-01

Kecerdasan dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

  1. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Quotinent/IQ);
  2. Kecerdasan Emosional (Emotional Intellegence/EI);
  3. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intellenece/SI); dan
  4. Kecerdasan Menghadapi Tantangan (Adversity Intellegence /AI).

Screenshot_20190612-040008-01

Kecerdasan Intelektual (IQ)

Screenshot_20190612-040621-01

Kecerdasan Intelektual terdiri dari 9 macam, yaitu:

  1. Kecerdasan bahasa (linguistic);
  2. Kecerdasan musik (musical);
  3. Kecerdasan logika-matematika (logical-mathematical);
  4. Kecerdasan spasial (spatial);
  5. Kecerdasan kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic);
  6. Kecerdasan intrapersonal;
  7. Kecerdasan interpersonal;
  8. Kecerdasan naturalis; dan
  9. Kecerdasan eksistensial.

Kecerdasan Emosional (EI)

Screenshot_20190612-040614-01

Komponen dasar kecerdasan emosional adalah:

  1. Kemampuan mengenali emosi diri sendiri (kesadaran diri);
  2. Kemampuan mengenali emosi;
  3. Kemampuan memotivasi diri sendiri;
  4. Kemampuan mengenali emosi orang lain (empati); dan
  5. Kemampuan membina hubungan dengan orang lain (keterampilan sosial).

Kecerdasan Spiritual (SI)

Screenshot_20190612-040628-01

Dari hasil penelitian seorang ahli syaraf, V.S. Ramachandran, pada tahun 1977, terdapat God Spot dalam jaringan otak manusia dan ini adalah pusat spiritual (spiritual centre) yang terletak antara jaringan syaraf dan otak.

dari spiritual centre ini menghasilkan suara hati yang memiliki kemampuan lebih dalam menilai suatu kebenaran bisa dibandingkan dengan panca indera.

Ada 3 prinsip dalam kecerdasan spiritual, yaitu:

  1. Prinsip kebenaran;
  2. Prinsip keadilan; dan
  3. Prinsip kebaikan.

Kecerdasan menghadapi tantangan (Adversity Intellegence)

kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang.

Menurut Stoltz, ada 3 tipe kecerdasan ini, yaitu:

  1. Quitters – kemampuan seseorang yang memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur, dan berhenti bila menghadapi kesulitan;
  2. Campers – kemampuan seseorang yang pernah mencoba menyelesaikan suatu kesulitan, atau sedikit berani menghadapi tantangan, tetapi tidak berani menghadapi risiko secara tuntas; dan
  3. Climbers – sebutan untuk orang yang seumur hidup selalu menghadapi kesulitan sebagai suatu tantangan dan terus berusaha untuk menyelesikan hambatan tersebut sehingga mencapai suatu keberhasilan.

Manusia tidak dilahirkan menjadi Quitters, Campers, atau Climbers. Manusia dibentuk untuk itu.

TANTANGAN GAME LEVEL #3

Dari keempat kecerdasan di atas, dalam game ini, kami ditantang untuk membuat suatu projek keluarga (Family Project), yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan anak, dan keluarga, demi meraih kesuksesan dan kebahagiaan.

PENTINGNYA MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK DEMI KEBAHAGIAAN HIDUP

#gamelevel3
#tantangan10hari
#myfamilymyteam
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional


Apa Menu Buka Puasa Kita Hari Ini?

9 Mei 2019

Game Level 2: Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian
Hari #14

PhotoGrid_1557300804762

Tema: Menyambut Bulan Ramadan dan Menyiapkan Kebutuhan Pribadi

Topik: Menyiapkan hidangan berbuka puasa sendiri

Misi: Abang Zi turut andil menentukan menu berbuka puasa

~~~

Sejak siang saat Danda menelepon Abang Zi untuk bertanya kabar dan mengecek apakah Abang sudah bisa “melayani” dirinya sendiri, Abang minta dibawakan blewah karena dia ingin es blewah. Namanya juga puasa, apa aja dipenginin. Tapi setelah Danda cari, gak ada orang yang jual blewah di sore hari. Di situlah Abang Zi jadi kecewa dan mukanya ditekuk.

Danda gak suka menghadapi anak yang mukanya ditekuk. Danda berkata, apa cuma gara-gara es blewah lalu Danda yang pulang kantor dalam keadaan capai ditambah lagi harus keliling cari blewah, mendapatkan wajah cemberut? SI Abang pun mencoba menata hati dan memeluk Danda. Untuk mengobati kekecewaannya, Danda mengajak Abang Zi membuat puding.

Abang Zi langsung antusias, kali ini kami membuat puding rasa kelapa muda. “Abang yang aduk, ya!” Katanya.

DSC_0851-01

Di sini Danda melakukan melakukan kesalahan. Ketika larutan puding sudah mulai mendidih, airnya menggelegak meluap ke luar panci. Bukannya melihat dari jauh, Danda langsung mengambil alih sendok adukan. Abang Zi langsung pergi dan bilang, “Danda terusin, ya!” Yah, aturan biar aja sih, lihat dari jauh bagaimana dia menyelesaikan masalah air meluap ini. Haha.

Tapi karena Abang Zi berinisiatif mengaduk puding duluan, kita anggap latihan kemandirian kali ini, sukses, ya. ^_^

PicsArt_05-08-02.31.56

Mission (half) accomplished! ^_^

#hari14
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional


I Am A Celebrity, You Know! ^_^

2 Mei 2019

Game Level 2: Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian
Hari #7

PhotoGrid_1556695914368

Tema: Menyiapkan Makanan Sendiri

Topik: Full tummy, fresh throat

Misi: Abang Zi makin peduli dengan badannya dan sinyal-sinyal yang dikirim sang badan.

~~~

Hari ini benar-benar drama. Karena libur, Abang Zi menolak bangun lebih pagi setelah salat Subuh, akhirnya dia terlambat sarapan. Sebenarnya semalam Danda sudah berbaikan dengan Abang Zi dengan mengedit video kemarin bersama-sama. Danda pikir Abang akan bekerja sama dalam pembuatan video hari ini. Tapi Abang berkata TIDAK.

Akhirnya kegiatan si Abang menyiapkan makanannya sendiri terlewat begitu saja.

Tapi tak lama, Abang Zi melihat teko air yang kosong. Dan dengan inisiatif sendiri dia mengambil teko itu.

“Danda, ayo kalau mau direkam.” Kata Abang Zi.

“Hah?” Danda langsung menerima tawaran tersebut.

“Dari belakang saja, ya! Soalnya Abang Zimam masih pakai baju tidur.” Katanya lagi. Memang Abang Zi masih memakai piyamanya.

“Oke, Danda videoin dari belakang, ya.” Jawab Danda setuju.

(Videonya diunggah di akun instagram Danda).

DSC_0805-01

Haduh, macam selebritas aja ya, ada syarat untuk merekam. Hahaha…

Alhamdulillah, Abang Zi makin peduli dengan lingkungan. Tak perlu disuruh, sudah melakukan apa yang dia anggap seharusnya dilakukan. Danda bangga. ^_^

PicsArt_05-01-02.34.09

Mission accomplished!

#hari7
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional


Birthday Challenge

27 April 2019

IMG_20190427_234236_013

Alhamdulillah hari ini saya sudah 35 kali mengelilingi matahari. Terima kasih pada Allah Subhanawataala, atas 35 kali kesempatan emas ini.

Hari ini ditutup dengan makan malam keluarha di Shaburi All You Can Eat, Kokas. Kenaoa Shaburi? Karena makan di sana gratis buat yang ulang tahun ^^

InsyaAllah tahun-tahun berikutnya lebih shalihah lagi, lebih baik lagi, dan lebih pintar lagi.

Banyak birthday wishes yang saya ucapkan, berharap terkabul satu demi satu, aamiin.

Dan malam ini saya membuat challenge dengan Pak Suami. Challenge menurunkan lingkar perut. Waktunya adalah mulai malam ini hingga malam takbir lebaran nanti.

Hukuman bila kalah, mengikuti perintah yang menang. Kalau Pak Suami kalah, dia harus lari pagi 3 akhir pekan berturut-turut, 2x putaran keliling jalan arus-salak. Bila saya kalah, saya harus lari keliling lingkar dalam monas. Yeay ^^

Doakan menang, yaaaa ❤


Ikat Yang Kencang dan Berlarilah!

27 April 2019

Game Level 2: Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian
Hari #2

PhotoGrid_1556347335991

Tema: Menyiapkan Keperluan Pribadi

Topik: Mengikat tali sepatu

Misi: Abang Zi bisa mengikat tali sepatu dengan baik dan benar

~~~

Ayah dan Danda mengakui, kami telat mengajarkan Abang Zi mengikat tali sepatunya sendiri. Di mana anak lain belajar mengikat tali sepatu di usia PAUD, Abang Zi belum bisa melakukannya sampai dia kelas 2 SD. Itu semua karena Ayah dan Danda memilih membeikan sepatu model keds atau sneaker tanpa tali untuk Abang Zi.

Melalu game ini, Danda berpikir bahwa inilah saatnya untuk kami mengajarkan keterampilan ini pada Abang Zi. Hari libur belajar menyiapkan makanan sendiri, hari sekolah belajar mengikat tali sepatu sendiri.

Zimam: Danda, ikat dulu baru dilipat, kan?

Danda: Iya, ikatnya dari pangkalnya ya, Bang.

DSC_0760-01

Alhamdulillah, walau masih belum benar dan belum kencang, Abang Zi bisa mengikat tali sepatunya. Danda sengaja membiarkan talinya tidak terlalu kencang sesuai ikatan Abang Zi (Danda tidak mengulang mengikat). Biar si Abang bisa merasakan nyamannya di mana. ^_^

PicsArt_04-27-02.11.53

Mission (not so) accomplished! 😀

#hari2
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

PS: Postingan dengan video, bisa dillihat di akun instagram Danda, ya. ^_^


Game Level #2 Melatih Kemandirian

25 April 2019

Alhamdulillah, setelah mendapatkan Bagde Outstanding Performance di Game Level #1, kali ini saya memasuki babak Game Level #2: Melatih Kemandirian.

Karena sudah punya anak, Abang Zi, saya ditantang untuk menerapkan teori pelatihan kemandirian anak pada Abang Zi.

Apa sih Mandiri itu?

man.di.ri

a dalam keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain: sejak kecil ia sudah biasa — sehingga bebas dari ketergantungan pada orang lain

KBBI Edisi V

Awalnya saya bingung, untuk ukuran kelas 2 SD, usia 8 tahun, dan anak yang tak punya saudara lagi, Zi termasuk anak yang super mandiri. Apa yang belum bisa ia lakukan? Dia sudah tidur di kamarnya sendiri, dia bisa menanak beras jadi nasi, dia bisa membuat telur ceplok atau dadar sederhana sendiri, dia bisa masak mi instan sendiri. Mandi sendiri, berangkat ngaji sendiri, salat ke masjid sendiri, sudah bisa menabung di bank, sudah bisa menyisihkan uang saku, dan lain-lain. Apalagi yang bisa saya angkat dalam game ini?

Fasilitator saya pun memberi saya gambar ini:

Ternyata banyak ya yang belum saya ajarkan ke Zi. ^_^

Baiklah, setelah berdiskusi dengan si Ayah, kami sepakat untuk mengangkat topik “memakai tali sepatu sendiri” dan “menyiapkan makanan sendiri” dalam Game Level #2 Melatih Kemandirian kali ini.

Bismillah, game level 2 ini saya mulai dengan 3 kunci pokok yang harus dipegang

KONSISTENSI | MOTIVASI | TELADAN

Karena kita tak akan selamanya bersama dengan anak-anak kita. Melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita. – Tim Fasilitator Bunda Sayang, 2019

#gamelevel2 #tantangan10hari #melatihkemandirian #kuliahbundasayang #institutibuprofesional