Pesona Tangkuban Perahu, Satu Impian Tercapai ❤️

IMG20240523134107

Libur panjang Hari Raya Waisak lalu kami habiskan dengan jalan-jalan sekeluarga ke Bandung dan sekitarnya. Sudah sejak lama aku ingin sekali ke Gunung Tangkuban Perahu. Sejak kecil aku mendengar kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi, juga tinggal di Jakarta yang dekat dari Bandung, tapi belum pernah mengunjungi gunung legenda ini. Alhamdulillah, bulan ini kami punya rezeki lebih, jadi kami membuat jadwal ke Bandung dan sekitarnya.

Dari libur empat hari, kami hanya menggunakan 3 hari saja. Kamis, kami berangkat ke Lembang dan sekitarnya, Jumat ke Bandung, Sabtu kembali ke Jakarta. Sedangkan Minggu kami gunakan untuk istirahat.

Lewat salah satu platform daring, aku memesan hotel di Lembang. Tujuan kami adalah langsung ke Tangkuban Perahu di hari Kamis. Setelah itu, baru ke hotel

Kami berangkat pukul tujuh pagi dari Jakarta dan langsung ke gunung Tangkuban Perahu. Sebelumnya, Suamiku membelokkan mobil ke Purwakarta untuk sarapan sate maranggi. Karena masih pukul sepuluh pagi, belum banyak pelanggan yang datang dan makanan kami lekas tersedia. Sekitar pukul sebelas, kami selesai makan dan melanjutkan perjalanan ke Lembang.

Di tengah perjalanan, hujan turun dengan deras. Karena di dalam mobil, aku masih merasa tenang. Santai saja. Jalanan lumayan sepi karena hujan ini.

Tiba di gunung Tangkuban Perahu pukul dua belas tepat. Hujan masih turun dengan deras. Ada ojek payung yang menawarkan sewa payung merah, sepuasnya dua puluh ribu rupiah. Aku pun menyewa satu payung. Suami, anak, dan ibuku yang ikut jalan-jalan, mereka punya payung masing-masing di mobil. Kami pun berjalan-jalan dalam hujan.

Ada hal yang menurutku unik di sana. Aku bertemu dengan penjaja jas hujan. Suasana sangat sepi.

Aku: “A, biasa hujan, ya?”

Penjaja: “Nggak, Teh. Biasanya cerah.”

Aku: “Oh, saya beruntung, ya.” (aku menjawab dengan sarkasme, hahaha)

Penjaja: “Cuma kalau hujan, kawahnya kelihatan. Dari tadi kawahnya ketutupan kabut jadi nggak kelihatan. Sekarang hujan, jadi kelihatan jelas.”

Eh, ternyata aku benar-benar beruntung. Aku bisa melihat Kawah Ratu dengan sangat jelas.

IMG20240523130341

Bunyi yang keluar dari Kawah Ratu sangat keras. Seperti bunyi tabung gas bocor. Hahaha. Bau yang dihasilkan juga seperti bau kentut. Benar-benar kawah gunung.

Kami pun mendaki. Di atas ada monumen bikinan Belanda. Kami pun berfoto di sana.

IMG20240523131607

Tak lama, hujan berhenti dan kabut pun turun. Kawah Ratu benar-benar tak terlihat dan tertutup kabut. Kami benar-benar beruntung. Belum lagi, suasana kabut membuat pemandangan jadi terkesan mistis, hehehe.

IMG20240523131719

Kami turun setelah hujan benar-benar berhenti. Ternyata di bawah sudah banyak pengunjung yang datang. Penuh sekali. Untung saja kami masih punya kesempatan berfoto di papan nama TWA Gunung Tangkuban Perahu. Penjaja lainnya yang membantu kami.

IMG20240523134449

Para penjaja yang membantu kami tadi dilarang menerima tip dari pengunjung. Jadi jangan mencoba memberi mereka tip ya. Beli saja barang jualan mereka jika ingin.

Oh ya, tiket masuk TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah Rp30.000 per orang. Mobil juga harus membeli tiket sebesar Rp30.000, dan biaya parkir Rp5.000. Totalnya kami membayar Rp155.000 untuk empat orang.

IMG20240523194736

Setelah puas menikmati pemandangan berkabut, kami pun turun dan menuju hotel. Setelah istirahat sejenak, kami kembali keluar dan mencari makan malam. Bakso dan Mi Yamin pilihan kami. Petualangan kami dilanjutkan besok.

Tinggalkan komentar