Berkunjung ke Masjid Al-Jabbar

Sudah sejak lama ibuku ingin mengunjungi masjid popular di Bandung yang diberi nama Al-Jabbar ini. Sayangnya, kami belum punya waktu lebih untuk mengajak beliau ke sana. Kemarin karena kami ingin jalan-jalan, maka kami pun menyisipkan jadwal wisata ke masjid Al-Jabbar ini.

WhatsApp Image 2024-05-24 at 21.27.27

Masjid ini dikelilingi danau, jadi seakan-akan masjid ini dibangun di atas air. Sungguh arsitektur yang unik. Selain itu masjid ini luas sekali. Sangat luas. Namun walaupun terlihat tak berujung, berjalan-jalan mengitari masjid ini sama sekali tidak melelahkan.

Kami mengunjungi masjid ini di hari Jumat. Tujuannya jelas, biar sekalian salat Jumat. Ternyata yang punya pemikiran seperti ini bukan hanya kami saja, hahaha. Banyak orang yang datang dan salat Jumat di sini. Kami pun hampir tidak mendapatkan tempat parkir.

Kami berangkat dari Lembang, memang agak siang karena masih lelah. Lalu kami sarapan di restoran Liwet Asep Stroberi. Unik, karena restoran ini menyediakan menu nasi liwet lengkap, tetapi ikon yang dipakai adalah stroberi. Stroberi yang manis dan asam berpadu citra dengan liwet yang asin dan gurih, sebenarnya bukan paduan sempurna. Namun tetap saja unik.

Restoran ini tidak menjual makanan atau minuman berbasis stroberi. Nama pemiliknyalah Asep Stroberi itu. Namun di sinilah keunikan restoran ini. Setiap orang yang lewat dan membaca nama restorannya akan penasaran, bertanya-tanya, apa hubungannya liwet dan stroberi? Hehehe, pintar!

WhatsApp Image 2024-05-24 at 21.27.32

Pukul sepuluh, kami bertolak ke Bandung. Tujuan kami langsung ke masjid Al-Jabbar. Perjalanan panjang dan jalanan yang penuh tidak menyurutkan kami menikmati pemandangan kanan dan kiri jalan. Walau tetap saja, aku tidur di tengah-tengah perjalanan, hahaha.

Suamiku sempat salah jalan. Karenanya, kami sedikit terlambat ketika sampai di masjid itu. Azan zuhur sudah berkumandang. Suami dan anakku bergegas mencari tempat untuk salat Jumat, sementara aku dan ibuku berfoto sejenak, karena kami tahu, kami juga tak akan mungkin boleh salat Jumat. Jadi nanti saja lah.

WhatsApp Image 2024-05-24 at 21.27.26 (1)

Setelah para lelaki selesai salat Jumat, kami para perempuan naik ke lantai dua untuk menunaikan ibadah salat zuhur. Aku langsung menjamak zuhur dengan asar. Oh iya, kamar mandi dan tempat wudu di masjid ini sungguh sangat bagus. Kamar mandi terpisah dengan tempat wudu. Pintu masuk berbeda dengan pintu keluar. Sistem antrean rapi. Petugas kebersihan sigap membersihkan kotoran dan mengeringkan air yang menggenang. Benar-benar bagus.

Setelah salat zuhur, kami mendaftarkan diri untuk ikut tur di dalam masjid. Turnya adalah menyusuri kisah Nabi Muhammad Salallahualaihi wa sallam, hingga masuknya Islam ke Jawa Barat. Untuk itu kami harus mengunduh aplikasi Sapawarga dan mendaftarkan diri untuk mendapat QR code (kode QR). Dengan kode QR itu, kami mendapatkan stempel warna yang menunjukkan jadwal kunjungan. Kami mendapatkan stempel warna hijau, dan baru bisa masuk 30 menit lagi.

Setelah giliran masuk tiba, kami berkeliling dipandu oleh Kak Sella. Kami berkeliling melihat cerita Nabi. Dari zaman sebelum lahir, sebelum kenabian, dakwah di Mekah, hijrah ke Madinah, Isra’ Mi’raj, perkembangan Islam di Indonesia, dan terakhir, perkembangan Islam di Jawa Barat. Adal candaan, “yang Jateng mana?” dari pengunjung. Jawabannya pun bercanda, “nanti lihat di masjid al jateng.” Hehehe.

Ternyata pemilihan nama masjid Al-Jabbar juga di-“cocoklogi”-kan dengan nama singkatan Jawa Barat – Jabar. Selain itu, juga menghormati Al-Jabbar, tokoh matematika dunia yang sangat terkenal, karena masjid ini didirikan dengan mempertimbangkan unsur-unsur martematika yang rumit. Namun arti utama dari masjid ini karena Al-Jabbar adalah salah satu Asmaul Husna, nama-nama baik Allah subhanawataala. Makna Al-Jabbar adalah keagungan sifat yang tak dapat dijangkau siapa pun. Hanya Allah subhanawataala yang memiliki sifat ini.

WhatsApp Image 2024-05-24 at 21.27.28

Setelah puas berjalan-jalan di masjid Al-Jabbar, kami melanjutkan perjalanan ke jalan Baranangsiang, tempat aku tinggal 37 tahun yang lalu. Banyak hal yang berubah, rumah yang pernah kami tinggali sekarang jadi tempat berjualan bakso. Untung saja, penjualnya mengenal pemilik rumah itu, jadi kami masih bisa mengenang masa lalu dan bernostalgia.

Setelah itu, kami kembali ke Lembang, ke hotel kami.

Tiga hari dua malam di Lembang dan Bandung kali ini sungguh mengesankan. Aku berterima kasih pada suamiku yang benar-benar tulus menjadi sopir selama tiga hari dua malam. Aku bisa saja menggantikannya mengemudi, tetapi jalanan Lembang-Bandung sungguh merupakan tantangan bagi pengemudi. Menakutkan, hahaha.

Demikian ceritaku untuk tiga hari dua malam yang penuh ceria ini. Sampai jumpa di petualangan berikutnya, aamiin.

Tinggalkan komentar