Cerita Perjalanan Menuju Bukittinggi

Dear all,

Kali ini aku ingin berbagi kisah perjalananku menuju Bukittinggi, dari Jakarta.

Idulfitri tahun ini aku habiskan di kampung halaman suamiku di Bukittinggi. Seharusnya dari Jakarta, kami akan naik pesawat udara ke Padang, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat ke Bukittinggi. Namun tahun ini, perjalanan akan ditempuh lewat Pekanbaru.

Ada beberapa alasan mengapa kami memilih Kota Pekanbaru sebagai kota transit. Salah satu alasannya adalah karena kami tidak kebagian tiket pesawat ke Padang. Jika pun ada, harganya sangat-sangat mahal dan kami merasa tidak sanggup membelinya.

Alasan lainnya adalah gunung Merapi yang batuk-batuk menyebabkan jalan dari Padang ke Bukittinggi terputus karena adanya longsor lahar dingin. Debu Merapi ke mana-mana dan sampai membuat Bandara Internasional Minangkabau (BIM) ditutup untuk sementara waktu.

Alasan berikutnya adalah karena akses dari Pekanbaru ke Bukittinggi juga tidak sulit. Hampir sama dengan akses dari Padang ke Bukittinggi. Kami menyewa mobil untuk mengantar kami dari bandara ke rumah mertua.

Perjalanan dari Depok (maaf, bukan Jakarta) dimulai di pagi hari. Adiku bersama suami, anak, dan ibuku mengantar kami ke Tangerang, tempat bandar udara Soekarno-Hatta berada. Kami berangkat dari terminal 2D Domestik. Perjalanan pagi di mobil, cukup seru. Anakku langsung tidur, sementara adik sepupunya heboh bertanya ini dan itu ayahnya.

Sesampainya di bandara Soekarno-Hatta, kami langsung mengambil troli untuk lapor masuk. Ternyata Batik Air, pesawat yang akan kami tumpangi, menerapkan kebijakan Check-in Online atau lapor masuk secara daring. Kami baru tahu hal ini. Kami pun lapor masuk melalui internet dan tidak kebagian kursi yang sejajar. Kami pun duduk terpisah jauh. Karena anakku sudah cukup besar untuk duduk terpisah, kami ambil kursi tersebut. Ini cuma 1 jam 25 menit perjalanan saja kok, tidak lama.

WhatsApp Image 2024-04-08 at 12.22.16 (2)

Perjalanan menuju ruang tunggu boarding sangat panjang. Bahkan saat kami sudah berjalan puluhan menit, papan petunjuk masih menunjukkan bahwa pintu D1-D7 masih harus ditempuh 3-5 menit lagi.

WhatsApp Image 2024-04-08 at 12.22.16

Benar-benar panjang dan melelahkan. Untung saja kami tidak membawa barang yang berat. Hanya laptop di tiap tas, dan barang-barang penting lainnya. Setelah berjalan beberapa menit lagi, kami pun tiba di ruang tunggu boarding. Pesawat kami mengalami keterlambatan selama 40 menit.

WhatsApp Image 2024-04-08 at 12.22.15 (1)

Syukurlah, tak perlu terlalu lama menunggu. Pesawat kami tidak ditunda lagi, dan kami diizinkan masuk pesawat. Suamiku mengajakku untuk buru-buru masuk pesawat karena tempat duduk kami jauh terpisah. Ini supaya beliau dapat membantuku dan anakku menyimpan barang-barang kami dengan benar di bagasi kabin.

WhatsApp Image 2024-04-08 at 12.22.15

Setelah setengah jam menunggu, pesawat pun berangkat. Kemudian setelah satu jam empat puluh menit, pesawat akhirnya mendarat. Pukul setengah dua siang, aku menunggu bagasiku datang. Kami tiba di Pekanbaru, Riau.

WhatsApp Image 2024-04-08 at 12.22.14

Penjemput kami telah menunggu di luar. Sebelum kami bertolak ke Bukittinggi, kami menjalankan salat Zuhur dan Asar sejenak di masjid terdekat. Kemudian kami berangkat ke Bukittinggi lewat jalan tol.

WhatsApp Image 2024-04-08 at 12.22.13

Perjalanan dari Pekanbaru ke Bukittinggi ditempuh dalam waktu enam jam. Kami sempat berhenti di rumah makan untuk makan malam setelah seharian berpuasa. Hujan juga turun dengan deras. Cuaca sangatlah dingin. Suamiku dengan tegas memberi instruksi agar aku memakai jaket dan memasang resletingnya.

Pukul delapan malam kami tiba di rumah mertuaku. Lelah, tetapi bahagia. Perjalanan ini merupakan petualangan baru untukku. Dan aku merasa layak untuk diceritakan.

Cuplikan layar 2024-04-09 101755

Tinggalkan komentar